Facebook

Icon Icon Icon Icon Follow Me on Pinterest

Rabu, 11 Agustus 2010

Syarat Puasa


F.      Syarat Puasa
Syarat puasa terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah syarat wajib puasa, dimana  jika syarat-syarat ini terpenuhi, maka wajib baginya untuk berpuasa. Yang kedua adalah  syarat sahnya puasa, dimana seseorang sah puasanya bila memenuhi syarat – syarat tersebut.

1.      Syarat Wajib

Syarat wajib maksudnya adalah hal-hal yang membuat seseorang menjadi wajib untuk melakukan puasa. Apabila salah satu syarat tersebut tidak dapat terpenuhi, maka puasa Ramadhan tidak wajib atas dirinya. Walaupun dia mau untuk menjalankannya, dia tetap diperbolehkan untuk berpuasa.
Diantara syarat-syarat yang mewajibkan seseorang berpuasa adalah :
a.       Islam
Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa dan apabila mereka berpuasa, maka tidak sah puasanya. Apabila ada seorang kafir  asli (mulai kecil ) masuk Islam, maka dia tidak diwajibkan untuk mengqadha' puasa sebelumnya.Berbeda dengan orang murtad (keluar dari Islam) dimana ketika dia kembali lagi untuk masuk Islam, maka dia wajib mengqadha' apa yang selama ini dia tinggalkan seperti shalat, puasa serta ibadah wajib lainnya.
b.      Baligh
Anak kecil yang belum baligh tidak diwajibkan untuk berpuasa karena nabi Muhammad Saw pernah bersabda :
رُفِعَ اْلقَلَمُ عَنْ ثَلاَثةٍَ عَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَعَنِ الناَّئِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ اْلمَجْنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ
Telah diangkat pena dari tiga orang : Dari anak kecil hingga baligh, dari orang tidur hingga terjaga dan dari orang gila hingga waras

Walaupun demikian  wajib bagi orang tua untuk memerintahkannya berpuasa saat dia berumur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun boleh dipukul asal tidak membahayakan seperti halnya perintah untuk mengerjakan sholat. Apabila sudah menginjak baligh, maka dia tidak perlu mengqadha apa yang dia tinggalkan ketikan masih kecil (belum baligh).
c.       Berakal
Orang gils tidak wajib berpuasa bahkan tidak perlu menggantinya atau tidak perlu mengqadha'nya. Kecuali bila melakukan sesuatu secara sengaja yang mengantarkannya kepada kegilaan, maka wajib puasa atau wajib mengqadha'nya. Apabila kegilaannya sembuh dipertengahan hari Ramadhan, maka wajib baginya untuk menahan diri dari makan dan minum sampai tiba waktu berbuka dengan tujuan untuk menghormati waktu puasa Ramadhan.Hal yang sama berlaku pada orang yang mabuk, bila mabuknya disengaja. Tapi bila mabuknya tidak disengaja, maka tidak wajib atasnya berpuasa.
d.      Mampu berpuasa
Orang yang sangat lemah atau tidak mampu berpuasa seperti oramg yang sudah jompo dimana secara fisik sudah tidak mungkin lagi melakukan puasa, maka mereka tidak diwajibkan berpuasa.
Allah Swt berfirman :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (184)
  
 (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

 Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.

e.         Sehat
Orang yang sedang sakit tidak wajib melaksanakan puasa Ramadhan, akan tetapi wajib menggantinya dihari lain ketika nannti kesehatannya telah pulih. Firman Allah Swt :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185)
 (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

f.           Tidak dalam perjalanan ( bukan musafir )
Orang yang dalam perjalanan tidak wajib puasa, tapi wajib atasnya mengganti atau mengqodha' puasanya.
Dalam hadist Rasulullah Saw disebutkan :
عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَمْرٍو الأَسْلَمِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنِّي رَجُلٌ أَصُومُ فِي السَّفَرِ قَالَ : إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ
 Dari 'Aisyah ra, dari Hamzah bin Amrin bahwa Hamzah Al-Islami berkata, " Ya Rasulallah, Aku kuat tetap berpuasa dalam perjalanan, apakah aku berdosa ?" , Rasulullah menjawab, " Jika kamu ingin, puasalah dan jika ingin berbuka, berbukalah

2.      Syarat Sahnya Puasa

Ada beberapa hal yang menjadi syarat akan sahnya puasa. Syarat-syarat ini harus terpenuhi agar puasa kita menjadi sah hukumnya dihadapan Allah Swt. Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
a.       Niat
Seseorang dalam melaksanakan puasa harus berniat terlebih dahulu di malam hari untuk puasa wajib seperti Ramadhan, Nadzar atau mengqadha' puasa fardhu. Apabila seseorang lupa tidak berniat, maka puasanya tidak sah dan wajib baginya menahan diri dari makan dan minum seperti layaknya orang berpuasa. Namun wajib mengganti / mengqadha' dilain hari. Adapun puasa sunnah, niatnya tidak harus dimalam hari akan tetapi diperbolehkan sampai tergelincirnya matahari ( waktu dhuhur ) ketika tidak mendapatkan makanan.

b.      Suci dari Haid dan Nifas
Setiap wanita yang kebetulan mendapat haid dan nifas, apabila berpuasa maka tidak sah puasanya meskipun datangnya dipertengahan puasa kita.

c.       Pada hari yang diperbolehkan berpuasa
Apabila seseorang melaksanakan puasa pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, maka puasanya tidak sah dan hukumnya haram. Ada beberapa hari yang secara khusus dilarang untuk berpuasa diantaranya :
1.      Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal
2.      Hari Raya Idul Qurban tanggal 10 Dzulhijjah
3.      Hari Tasyrik tanggal 11,12, 13 bulan Dzulhijjah
4.      Puasa sehari saja dihari Jum'at tanpa di dahului demgam hari sebelum atau sesudahnya kecuali ada kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yang berpuasa sehari dan berbuka sehari
5.      Puasa sunnah pada 15 hari kedua dari bulan Sya'ban, akan tetapi puasa bulan Sya'ban sebulan penuh justru merupakan sunnah.
6.      Puasa pada haru Syak , yaitu tanggal 30 Sya'ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers