Facebook

Icon Icon Icon Icon Follow Me on Pinterest

Senin, 05 September 2011

Keluarga Dekat

Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Dan sopan santunlah kamu kepada orang-orang beriman yang mengikutimu. Dan jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, aku berlepas tangan dari apa yang kamu kerjakan. Dan berserah dirilah kepada Allah yang Mahakuasa lagi Maha Penyayang. (As-Syu'ara: 214-217).

Turunnya ayat di atas membuat Rasulullah SAW memberikan perhatian kepada karib kerabatnya. Ia memprioritaskan dakwah Islam buat keluarga dekatnya itu. Suatu kali Rasulullah SAW mengadakan jamuan makan dengan mengundang kaum Quraisy di rumah kediamannya. Hadir juga Abu Jahal yang sudah lama memusuhinya. Baru saja siap makan, tanpa dinyana Abu Jahal berdiri berpidato dengan emosi meluap. Ia memaki Rasululah SAW. Ia menyebut Muhammad membawa agama baru, menyimpang dari ajaran nenek moyang mereka.

Bahkan, Abu Jahal menyebut Muhammad sudah gila. Rasulullah SAW terlihat tenang, meski peristiwa itu terjadi di rumahnya. Semua yang hadir jadi bingung. Satu per satu turun rumah kembali ke tempat masing-masing. Selang berapa lama kemudian, Rasulullah kembali mengundang semua kerabatnya, tidak terkecuali
Abu Jahal. Usai makan Rasulullah SAW berdiri berpidato dari hati ke hati, penuh kekeluargaan. Dimulainya dari pertanyaan: ''Andai kata aku seorang pembohong mungkinkah aku membohongi keluargaku sendiri?'' Semua yang hadir menjawab dengan kata tidak mungkin. Apalagi mereka sudah mengenal Muhammad sejak kecil dengan gelar Al Amin (jujur).

Berdasarkan pengakuan itu Rasulullah SAW mengajak semua yang hadir untuk beriman dan mengabdi kepada Allah SWT. Mereka diimbau agar mengucapkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah SWT sebagai pencipta yang berhak untuk disembah dan agar mereka mengakui kerasulannya. Kaumnya itu juga diingatkan bahwa hidup di dunia akan berakhir dengan mati dan setelah mati akan hidup kembali di akhirat nanti. Banyak di antara yang hadir menjadi percaya lalu bersyahadat dan banyak pula yang tetap kafir. Semuanya adalah kenyataan yang harus diterima dengan lapang dada. Yang penting bagi Rasulullah SAW adalah menunaikan kewajiban mengajak keluarga dekatnya kepada kebenaran Islam.

Peristiwa itu sebuah pelajaran berharga dan bahkan suri teladan yang harus diwarisi umat Islam. Kewajiban membawa keluarga dekat ke jalan Allah SWT juga kewajiban semua umat mukmin. Apalagi dihubungkan dengan firman Allah: ''Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan batu. Di sana ada malaikat yang keras lagi kuat, mereka tidak mendurhakai apa yang diperintahkan Allah kepadanya dan mereka melaksanakan semua yang disuruh.'' (At-Tahrim: 6).

Cara yang ditempuh Rasulullah suatu bentuk sederhana, akan tetapi menyentuh. Bisa dicontoh mukmin persis seperti itu atau boleh dalam bentuk lain yang di masa itu belum semua orang mendapat informasi tentang Islam. Sekarang materi itu boleh dipertajam secara substansial, misalnya bagaimana mewujudkan iman kepada Allah SWT itu dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika menerima nikmat maupun di saat mendapat musibah. [Nasril Zainun]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers