Lanjutan
Pada bagian yang lalu telah disebutkan empat faktor dan sebab dari ketabahan dan
ketegaran kaum Muslimin. Pada bagian kali ini kita akan melanjutkan faktor dan
sebab selanjutnya: 5. al-Qur’an Pada rentang waktu yang amat kritis dan sulit
ini, turunlah surat-surat dan ayat-ayat Allah guna memberikan hujjah dan bukti
atas kebenaran risalah Islam dan prinsip-prinsipnya dimana dakwah berada pada
porosnya. Al-Qur’an tampil dengan gaya bahasa yang valid dan indah, mengarahkan
kaum Muslimin kepada pondasi-pondasi yang kelak atas qadar Allah terbentuk
komunitas manusia yang paling agung dan mempesona di muka bumi ini, yaitu
masyarakat Islam.
Surat-surat dan ayat-ayat tersebut juga amat
membangkitkan sensitifitas dan ego kaum Muslimin untuk bersabar dan pantang
menyerah, menguraikan sikap tersebut dengan bahasa permisalan dan menjelaskan
kepada mereka apa hikmah di balik itu. Allah berfirman (artinya) : “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:’Kami telah
beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?,[2]. Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
[3]. (Q,.s.al-‘Ankabût/29: 2-3).
Ayat-ayat tersebut juga mementahkan
argumentasi-argumentasi kaum Kafir dan para pembangkang dengan bantahan yang
membuat mereka mati kutu sehingga tidak memiliki trik lain untuk mengelak.
Ayat-ayat tersebut sekali waktu juga memperingatkan mereka akan akibat yang
fatal dari kengototan mereka di dalam pembangkangan dan kesesatan dengan
pemaparan yang jelas dan transparan, berpedoman kepada Hari-Hari Allah dan
peristiwa historis yang menunjukkan adanya sunnatullah terhadap para wali dan
musuh-Nya. Sekali waktu pula, menyapa mereka secara ramah, memfungsikan gaya
bahasa dengan pertanyaan, petunjuk dan pengarahan sehingga dengan itu mereka mau
berpaling dari kesesatan nyata yang tengah mereka lakukan. Al-Qur’an juga
membimbing kaum Muslimin menuju alam lain, memperlihatkan mereka hal yang
membuat hati mereka bergetar; pemandangan alam semesta, keindahan rububiyah,
kesempurnaan uluhiyyah, jejak-jejak rahmat dan kasih sayang serta keridlaan-Nya.
Di balik lipatan ayat-ayat tersebut terdapat pesan-pesan untuk kaum Muslimin.
Disana, Rabb memberitakan kabar gembira buat mereka berupa rahmat dan
keridlaan-Nya serta surga yang telah disiapkan buat mereka, di dalamnya mereka
mendapatkan kenikmatan abadi.
Ayat-ayat tersebut juga memberikan
gambaran kepada mereka tentang bagaimana musuh-musuh mereka; kaum kafir dan para
Thaghut yang zhalim dihukumi dan diinterogasi lalu wajah mereka dijerembabkan ke
api neraka sehingga mereka merasakan betapa pedihnya neraka Saqar. 6.
Berita-Berita Gembira tentang Kemenangan Meskipun kaum Muslimin mengetahui akan
berita-berita gembira ini, namun mereka juga mengetahui sejak pertama kali
mengalami perlakukan kasar dan penindasan –bahkan sebelum itu- bahwa masuk Islam
bukan berarti tersingkirnya semua musibah dan kematian tersebut tetapi sejak
awal lahirnya, dakwah Islamiyah bertujuan untuk mengakhiri dunia Jahiliyyah dan
sistemnya yang zhalim.
Mereka juga mengetahui bahwa buah dari hal itu di
dunia ini adalah terbentangnya kekuasaan diatas muka bumi dan penguasaan
terhadap kondisi politis di seluruh alam yang dapat menggiring umat manusia dan
komunitas manusia secara keseluruhan ke dalam keridlaan Allah dan mengeluarkan
mereka dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah semata.
Sesekali al-Qur’an turun dengan berita-berita gembira ini secara lantang dan
terkadang berupa kinayah (sindiran). Maka, di dalam rentang waktu yang amat
kritis seperti ini dimana bumi dirasakan sempit oleh kaum Muslimin, mencekik
mereka bahkan seakan ingin mengakhiri kehidupan mereka; turunlah ayat-ayat
tersebut sebagaimana yang dulu terjadi diantara para Nabi dan kaum mereka berupa
pendustaan dan pengingkaran.
Ayat-ayat tersebut berisi hal yang
menyinggung kondisi-kondisi yang persis sama dengan kondisi-kondisi kaum
Muslimin di Mekkah dan orang-orang kafir disana. Ayat-ayat tersebut kemudian
menyinggung peralihan kondisi berupa kebinasaan kaum kafir dan orang-orang yang
zhalim dan kesuksesan hamba-hamba Allah di dalam mewarisi kekuasaan di muka bumi
dan seluruh negeri. Di dalam kisah-kisah ini terdapat isyarat yang jelas akan
kegagalan penduduk Mekkah nantinya dan kesuksesan kaum Muslimin dan dakwah
islamiyah yang mereka bawa.
Di dalam tenggang waktu tersebut, turunlah
beberapa ayat yang secara terang-terangan memberitakan kabar gembira, berupa
kemenangan kaum Mukminin sebagaimana di dalam beberapa firman-Nya berikut:
1. Firman-Nya (artinya): “Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada
hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, [171]. (yaitu) sesungguhnya mereka itulah
yang pasti mendapat pertolongan,[172]. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang
pasti menang,[173]. Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu
ketika,[174]. Dan lihatlah mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab
itu),[175]. Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan,[176]. Maka
apabila siksaan itu turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang
dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu”.[177] (Q,.s.ash-Shaffât/37:
171-177)
2. Firman-Nya (artinya): Golongan itu pasti akan dikalahkan dan
mereka akan mundur ke belakang. (Q,.s.al-Qamar/54:45)
3. Firman-Nya:
(artinya): Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan
yang berserikat, pasti akan dikalahkan. (Q,.s.Shâd/38:11)
4. Firman-Nya
yang turun terhadap orang-orang yang berhijrah ke Habasyah (artinya): Dan
orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia.Dan sesungguhnya pahala di
akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (Q,.s.an-Nahl/16:41)
5. Firman-Nya tatkala mereka bertanya kepada beliau tentang kisah Nabi
Yusuf 'alaihissalâm (artinya): Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan
Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
(Q,.s.Yûsûf/12:7) Yakni penduduk Mekkah yang bertanya tersebut akan mengalami
kegagalan sebagaimana yang pernah dialami oleh saudara-saudara Yusuf dan mereka
akan menyerah sebagaimana mereka menyerah.
6. Firman-Nya tatkala
mengingatkan para Rasul (artinya): Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul
mereka:"Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu
kembali kepada agama kami".Maka Rabb mewahyukan kepada mereka:"Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zalim itu,[13]. dan Kami pasti akan menempatkan
kamu dinegeri-negeri itu sesudah mereka.Yang demikian itu (adalah untuk)
orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada
ancaman-Ku, [14]". (Q,.s.Ibrâhim/14:14) Ketika perang berkecamuk antara bangsa
Persia dan Romawi; kaum Kafir lebih senang bila bangsa Persia yang menang karena
mereka memiliki kesamaan sifat, yaitu perbuatan syirik, sedangkan kaum Muslimin
lebih cenderung bila kemenangan berada di pihak bangsa Romawi karena memiliki
kesamaan sifat, yaitu beriman kepada Allah, para Rasul, wahyu, kitab-kitab dan
Hari Akhir. Kemenangan memang berada di pihak bangsa Persia, lalu Allah
menurunkan ayat yang memberitakan kabar gembira bahwa bangsa Romawi akan
mengalami kemenangan dalam beberapa tahun kemudian (dan hal ini memang
terjadi-red).
Tidak sebatas itu saja, ayat tersebut menyebutkan kabar
gembira yang lain secara terang-terangan, yaitu Allah akan menolong kaum
Mukminin di dalam firman-Nya (artinya): “dan pada hari itu, kaum Mukminin
bergembira dengan pertolongan Allah”. (Q,.s.ar-Rûm/30: 4-5) Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam sendiri sering menyampaikan kabar gembira seperti
ini di sela waktu-waktu tertentu ; di saat datang musim haji dan berada di
tengah orang-orang di pasar ‘Ukâzh, Majinnah dan Dzi al-Majâz untuk menyampaikan
risalah dakwah, beliau tidak hanya memberitakan kabar gembira tentang surga
saja, tetapi secara lantang berkata kepada mereka: “wahai manusia! Ucapkanlah
‘Lâ ilâha illallâh’ niscaya kalian akan beruntung, menguasai bangsa Arab dan
menundukkan orang-orang asing;jika kalian mati, maka kalian akan menjadi raja di
surga”. (Hadits ini disebutkan oleh Ibnu Sa’d: I/216)
Kami telah
memaparkan sebelumnya jawaban Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam kepada ‘Utbah
bin Rabî’ah berupa keinginannya untuk menegosiasi beliau dengan gemerlap
duniawi, serta apa yang dipahami dan diharapankan olehnya terkait dengan
kemenangan yang akan dicapai oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam.
Demikian pula, tentang jawaban Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam terhadap
delegasi terakhir yang mendatangi Abu Thalib.
Ketika itu beliau secara
terus terang meminta kepada mereka satu rangkaian kata saja yang apabila mereka
memberikannya, maka semua bangsa Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat
menguasai orang-orang asing. Khabbab bin al-Aratt berkata: “Aku mendatangi Nabi
Shallallâhu 'alaihi wasallam saat beliau tidur dengan berbaring di atas
burdahnya dan berteduh di bawah naungan Ka’bah. Kami juga saat itu telah
mengalami penyiksaan berat dari kaum Musyrikun. Lantas aku berkata: ‘tidakkah
engkau berdoa kepada Allah!’ (agar menolong para shahabat-red). mendengar ucapan
ini, beliau langsung duduk sedangkan raut wajahnya tampak memerah sembari
berkata: ‘sungguh, orang-orang sebelum kalian pernah diseset dengan sesetan besi
panas yang menusuk daging hingga mengenai tulang belulang dan urat. Akan tetapi
hal itu semua tidak membuat mereka bergeming sedikitpun dari dien mereka.
Sungguh Allah akan menyempurnakan urusan agama ini hingga seorang pejalan kaki
berjalan dari Shan’â ke Hadlramaut tidak ada yang ditakutkannya selain Allah
Ta’ala.
Dalam penjelasan periwayat hadits disebutkan : “…dan tidak juga
dia mengkhawatirkan kambingnya diterkam srigala”. Dan dalam riwayat yang lain
disebutkan tambahan: “…akan tetapi kalian terburu-buru (ingin cepat memetik
hasil-red)”. Kabar-kabar gembira tersebut tidak ditutup-tutupi dan terselubung
akan tetapi dipublikasikan secara terbuka dan diketahui baik oleh orang-orang
kafir maupun kaum Muslimin. Indikasinya, al-Aswad bin al-Muththalib dan
rekan-rekan mengobrolnya saling mengedip-ngedipkan mata diantara sesama mereka
bila melihat para shahabat Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam melintasi mereka,
sembari berkata: “Raja-raja bumi yang akan mewarisi kekisraan Persia dan
kekaisaran Romawi sudah datang kepada kalian”, kemudian mereka bersiul-siul dan
bertepuk tangan.
Dengan adanya kabar-kabar gembira tentang masa depan
yang akan cemerlang di dunia diselai oleh pengharapan yang tulus dan
sungguh-sungguh akan kemenangan menggapai surga sebagai hasil akhirnya kelak,
para shahabat memandang bahwa penindasan yang beraneka ragam dan silih berganti
dari semua lini tersebut serta musibah-musibah yang mengepung mereka dari segala
penjuru hanyalah sebagai ‘gumpalan awan musim panas yang dalam sekejap akan
sirna’.
Demikianlah, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam senantiasa
menyuguhkan santapan rohani kepada mereka dengan rangsangan keimanan; menyucikan
jiwa mereka dengan mengajarkan al-Hikmah (hadits) dan al-Qur’an; mendidik mereka
dengan pendidikan yang detail dan mendalam; mendorong jiwa mereka agar menduduki
keluhuran ruh, kemurnian hati, kebersihan budi pekerti, keterbebasan dari
pengaruh materilistik, pembendungan terhadap hawa nafsu serta kembali kepada
Rabb bumi dan langit; mengasah bara di hati mereka; mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju nur; mengajak mereka bersabar terhadap semua gangguan, memiliki
sifat pema’af serta menundukkan jiwa. Dengan gamblengan semacam itu, mereka
menjadi bertambah kokoh di dalam agama, menjauhkan diri dari hawa nafsu, siap
mengorbankan jiwa di jalan yang diridlai oleh-Nya, merindukan surga, berkemauan
kuat untuk menuntut ilmu dan memahami agama, mengintrospeksi jiwa dan
menundukkan sentimen-sentimen yang tumbuh, mengalahkan perasaan-perasaan dan
gejolak-gejolak jiwa serta selalu mengikat diri dengan kesabaran, kedamaian dan
ketenangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Followers
Download Artikel Islami
Kumpulan Bahtsul Masail 1
Kumpulan Bahtsul Masail 2
Kumpulan Bahtsul Masail 3
ASH-SHALAH ‘ALAA MADZHIBIL ARBA’AH
SAFINATUN NAJAA
TAHLILAN MENURUT MADZHAB IMAM SYAFI’I
KIMIA KEBAHAGIAN (KIMIYA-U AL SA’ADAH
KUMPULAN ARTIKEL DINIYYAH NU ONLINE
SERI RISALAH-RISALAH DINIYYAH :
- Risalah Amaliyah Nahdliyah - Tiga Lembaga NU Malang
- 77 Cabang Iman dan Perinciannya - Syaikh Nawawi
- Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Ijtihad
- Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya
- Dialektika Gaya Bahasa Al-Qur’an
- Eksistensi Ruh Dalam Tinjauan Ulama Islam
- Hadits Kontradiktif dan Solusinya
- Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’
- Tanya Jawab Bersama KH. Bisri Musthofa
- Mutiara Hikmah Buya Yahya
FIQHUL AKBAR, karya Imam Abu Hanifah (150 H)
FIQHUL AKBAR, karya Imam al-Syafi’i (204 H)
HAULAL IHTIFAL BIDZIKRI MAULIDIN NABAWI ASY-SYARIF, karya Al-’Allamah As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani.
NASEHAT INDAH ADZ-DZAHABI KEPADA IBNU TAIMIYYAH
AD-DURARUS SANIYYAH FIY BAYAANIL MAQALAATI AS-SUNNIYYAH
DAF’U SYUBAH AT-TASYBIH BI-AKAFF AT-TANZIH
Kumpulan Bahtsul Masail 2
Kumpulan Bahtsul Masail 3
ASH-SHALAH ‘ALAA MADZHIBIL ARBA’AH
SAFINATUN NAJAA
TAHLILAN MENURUT MADZHAB IMAM SYAFI’I
KIMIA KEBAHAGIAN (KIMIYA-U AL SA’ADAH
KUMPULAN ARTIKEL DINIYYAH NU ONLINE
SERI RISALAH-RISALAH DINIYYAH :
- Risalah Amaliyah Nahdliyah - Tiga Lembaga NU Malang
- 77 Cabang Iman dan Perinciannya - Syaikh Nawawi
- Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Ijtihad
- Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya
- Dialektika Gaya Bahasa Al-Qur’an
- Eksistensi Ruh Dalam Tinjauan Ulama Islam
- Hadits Kontradiktif dan Solusinya
- Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’
- Tanya Jawab Bersama KH. Bisri Musthofa
- Mutiara Hikmah Buya Yahya
FIQHUL AKBAR, karya Imam Abu Hanifah (150 H)
FIQHUL AKBAR, karya Imam al-Syafi’i (204 H)
HAULAL IHTIFAL BIDZIKRI MAULIDIN NABAWI ASY-SYARIF, karya Al-’Allamah As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani.
NASEHAT INDAH ADZ-DZAHABI KEPADA IBNU TAIMIYYAH
AD-DURARUS SANIYYAH FIY BAYAANIL MAQALAATI AS-SUNNIYYAH
DAF’U SYUBAH AT-TASYBIH BI-AKAFF AT-TANZIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar