Facebook

Icon Icon Icon Icon Follow Me on Pinterest

Jumat, 30 Juli 2010

Bai'ul 'ahdi

Masalah :
Si A membeli sebidang tanah dari si B seharga Rp. 100.000,- dengan aqad بيع العهدة . Pada  saat akan ditebus, bolehkan si A meminta tebusan uang yang dibayarkan dahulu itu dengan kurs harga emas? Dan bolehkah si A menolaknya, jika si B tetap menebusnya dengan harga yang dahulu itu, disebabkan nilai mata uang kita menurun?  Atau sebaliknya bolehkah si B membayar uang tebusan itu sebanyak Rp.100,- disebabkan nilai mata uang kita naik seperti pernah terjadi dahulu uang Rp.1000,- menjadi satu rupiah, sedangkan si A tetap meminta tebusan sebanyak Rp. 100.000,-

Catatan :
Pada waktu berlangsungnya aqad jual beli tersebut, tidak ada pembicaraan atau persepakatan tentang kurs uang pada tebusannya.

Jawab :
Jual beli tersebut sah, apabila menetapi aqad بيع العهدة. Penjual  (si B) boleh menebus tanahnya yang telah dijual kepada si A. akan tetapi yang menentukan harga tebusan adalah si A.

Dasar pengambilan :
1. Tarsyihu Al Mustafidin hal : 226 
إِعْلَمْ أَنَّ بَيْعَ الْعُهْدَةِ الشَّهِيْرَ بَحَضْرَمَوْتَ الْمَعْرُوْفِ فِىْ مَكَّةَ الْمَكَرَّمَةِ بِبَيْعِ النَّاسِ وَبَيْعِ عِدَّةٍ وَأَمَانَةٍ صَحِيْحٍ إلى أن قال وَإِنْ وَقَعَ خَارِجَ الْعَقْدِ لَزِمَ الْمُشْتَرِيْ مَا الْتَزَمَهُ وَوَعَدَ بِهِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ عِنْدَ رَفْعِ الْبَائِعِ الثَّمَنَ فِى الْوَقْتِ الْمَشْرُوْطِ إِيْقَاعُ الْفَسْخِ وَقَبْضُ الثَّمَنِ Artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya jual beli UHDAH yang telah masyhur (terlaku) di Hadramaut yang terkenal di Makkatal Mukarromah, dengan jual belinya manusia dan jual beli IDDAH dan AMANAH itu sah, dst…
Apabila terjadi di luar aqad (transaksi) maka wajib bagi pembeli apa yang menjadi kesanggupannya dan yang dijanjikannya. Dan wajib baginya (pembeli) ketika menjual meniadakan Tsaman (harga) pada waktu yang disyaratkan, agar membatalkan transaksi dan menerima tsaman (harga)

2. Bughyatu Al Musytarsyidin hal : 125

(مَسْئَلَةُ ش) اِشْتَرَى بِفُلُوْسٍ ثُمَّ قَبْلَ قَبْضِهَا زَادَ السُّلْطَانُ فِىْ حِسَابِهَا أَوْ نَقَصَ لَمْ يَلْزَمْهُ إِلاَّ عَدَدُ الْفُلُوْسِ الْمَعْقُوْدِ عَلَيْهَا وَلاَ عِبْرَةَ بِمَا حَدَثَ بَلْ وَإِنْ نَقَصَتْ قِيْمَتُهَا إِلَى الْغَايَةِ مَالَمْ تَصِرْ إِلَى حَدٍّ لاَ تُعَدُّ عُرْفًا أَنَّهَا مِنْ تِلْكَ الْفُلُوْسِ الَّتِىْ كَانَ يَتَعَامَلُ بِهَا فَلاَ يَجِبُ قَبُوْلُهَا حِيْنَئِذٍ لَوْ فَقِدَتِ الْفُلُوْسُ فَقِيْمَتُهَا يَوْمَ الطَّلَبِ إِنْ كَانَ لَهَا قِيْمَةٌ حِيْنَئِذٍ أَيْضًا وَ إِلاَّ فَقَبْلَهُ وَالْقَوْلُ قَوْلُ الْغَارِمِ حَيْثُ لاَ بَيِّنَةَ أَوْ تَعَارَضَتَا وَكَالْبَيْعِ نَحْوُ الْقَرْضِ
Artinya:
(Masalah SYIN) seseorang membeli dengan fulus (uang logam) kemudian sebelum dia menerimanya, terjadi perubahan dari kepala negara menurut nilainya, baik tambah atau kurang. Maka baginya tidak wajib kecuali hanya jumlah fulus sesuai pada waktu aqad (transaksi). Dan tidak perlu memandang sesuatu yang terjadi (dari perubahan), bahkan meskipun nilainya merosot sampai jauh parah. Selama jatuhnya tadi tidak sampai batas (total) tidak berlaku sama sekali fulus tersebut. Kemudian yang diambil nilainya pada hari jatuh tempo fulus tadi ada nilainya juga. Jika tidak ada nilainya maka yang diambil adalah nilai sebelumnya ( yang dibuat membayar). Dalam hal ini perkataan yang dimenangkan adalah perkataan GHORIM (yang hutang) sekiranya tidak ada bukti. Atau ketika keduanya berlawanan (punya bukti dari kedua pihak). Dan disamakan dengan BAI (jual beli) adalah sesama hutang piutang.

3. Ianatut Tholibin III : 154
4. Fatawi Ibnu Hajar II : 158
بَيْعُ النَّاسِ الْمَشْهُوْرُ اَلْآَنَ هُوَ أَنْ يَتَّفِقَا عَلَى بَيْعِ عَيْنٍ بِدُوْنِ قِيْمَتِهَا وَعَلَى اَنَّ الْبَائِعَ مَتَى جَاءَ بِالثَّمَنِ رَدَّ الْمُشْتَرِىْ عَلَيْهِ بَيْعُهُ وَاَخَذَ ثَمَنَهُ ثُمَّ يَعْقَدَانِ عَلَى ذَلِكَ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَشْتَرِطَا ذَلِكَ فِىْ صُلْبِ الْعَقْدِ وَحُكْمُهُ أَنَّهُ بَيْعٌ صَحِيْحٌ يُتَرَتَّبُ عَلَيْهِ جَمِيْعُ اَحْكَامِ الْبَيْعِ الصَّحِيْحِ وَلاَ يَلْزَمُ الْمُشْتَرِىْ وَالْوَفَاءُ بِمَا وَعَدَ بِهِ الْبَائِعُ وَلاَ يَرْجِعُ لِلْبَائِعِ إِلاَّ بِعَقْدٍ جَدِيْدٍ وَيَمْلِكُ الْمُشْتَرِىْ جَمِيْعَ الْغُلَّةِ فِىْ زَمَنِ مِلْكِهِ وَلاَ يَرْجِعُ الْبَائِعُ عَلَيْهِ مِنْهَا بِشَيْئٍ
Artinya:
Jual belinya manusia yang masyhur (terlaku) sekarang adalah kedua belah pihak sepakat atas jual benda dengan tanpa menentukan nilainya. Dan berjanji bahwa sesungguhnya penjual ketika suatu saat membawa (menentukan harga), maka pembeli mengembalikan jual belinya (bendanya) kepada penjual, dan penjual mengambalikan harganya. Kemudian keduanya melakukan aqad (transaksi) atas hal tersebut, dengan memasukkan persyaratan dalam aqad. Hukumnya (jual beli tadi) dianggap sah. Dan berlaku baginya semua ketentuan dalam jual beli yang sudah sah. Dan bagi pembeli tidak wajib memenuhi apa yang dijanjikan oleh penjual. Dan penjual tidak boleh mengabil kembali dengan aqad yang baru. Bagi pembeli berhak memiliki semua hasil (dari benda yang dibeli) selama menjadi miliknya. Dan penjual tidak boleh mengambil kembali dari pembeli atas hasil benda-benda tersebut dengan suatu alasan apapun.

5. Ahkamul Fuqoha I : 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers